Siapa yang tak kenal Jogjakarta? Jogja adalah salah satu daerah istimewa di Indonesia yang merupakan peleburan Negara Kesultanan Yogyakarta dan Negara Kadipaten Paku Alaman. Bagi saya pribadi, kunjungan ke Jogja selalu jadi hal yang saya tunggu-tunggu. Entah mengapa, bagi saya pribadi, Jogja memiliki keunikannya tersendiri. Tradisi dan budayanya begitu kental. Berada di Jogja seperti pulang ke kampung halaman saya, Bali, yang juga memiliki tradisi dan adat-istiadat yang kental. Jadi, walaupun saya memiliki waktu kunjungan yang terbatas, saya tetap menyempatkan diri mengunjungi Jogja. Kunjungan singkat yang hanya dua hari satu malam pun harus saya terima dengan lapang dada.
Saya meneruskan perjalanan dari Malang ke Jogjakarta, dengan menggunakan jalur darat. Kali ini moda transportasinya adalah kereta. Sebagai pemudi lokal yang menghabiskan waktu lebih dari 26 tahun di Bali yang tidak memiliki moda transportasi kereta, perjalanan menggunakan kereta setiap kali ke Pulau Jawa selalu jadi pilihan yang menarik. Kali ini, saya berangkat dengan sahabat saya, RIA WANTY DARMAWAN. Walaupun berangkat bersama, kami tidak akan menghabiskan waktu berdua di Jogja, karena sesaat setelah saya sampai di Jogja saya akan dijemput bersama sahabat saya yang tinggal di Jogja dan Ria pun memiliki agenda tersendiri dengan teman-teman yang kebetulan berangkat dari Singaraja ke Jogja. Kami memesan tiket kereta eksekutif dari Malang ke Jogja dengan membayar sebesar Rp. 250.000.
Kami memulai perjalanan pukul 20.00 dan tiba kurang lebih pukul 04.30 pagi. Begitu sampai di Stasiun Tugu, saya langsung menelepon sahabat saya yang luar biasa baiknya. Namanya ABHA MAHULAUW. Abha adalah pemuda Ambon yang saat itu sedang melanjutkan studi S2 nya di Universitas Gajah Mada. Perkenalan saya dengan Abha dimulai di tahun 2012, lengkapnya sudah pernah saya tulis di tulisan saya sebelumnya di blog ini. Bagi saya, Abha tidak hanya sekedar teman biasa. Abha sudah seperti saudara laki-laki saya. Kami begitu terbuka dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, dan saya tahu Abha begitu sayangnya dengan saya (sebagaimana saya juga merasakan hal yang sama), sehingga merepotkan Abha untuk menjemput di pagi buta saat itu, bukan hal yang perlu saya pikirkan dua kali.
Datanglah Abha ke stasiun Tugu menjemput saya dan Ria. Kami langsung meluncur ke rumah tinggal Abha. Rumah itu bukan rumah Abha atau keluarga Abha, tapi selama di Jogja, Abha tinggal di sana. Jadi tidak heran semua orang di kompleks itu tahu dan kenal Abha. Sesampai di rumah tinggal Abha, kami langsung menuju ke Burjo terdekat. Khas bangetlah ya Jogja dengan burjonya. Hanya dengan membayar Rp. 10.000 untuk sarapan mie instan + telur dan es teh, jadilah sarapan saya terlaksana dengan baik pagi itu.
Pukul 08.00, Ria memutuskan untuk menemui temannya di salah satu convenient store di dekat tempat tinggal Abha, yang sekaligus memisahkan perjalanan kami selanjutnya. Saya dan Abha bersiap untuk memulai kunjungan pertama saya ke tempat wisata di Jogja. Sebagaimana yang saya rencanakan sebelumnya, dan sudah saya sampaikan pada Abha, saya tidak berencana untuk sibuk mengunjungi tempat-tempat wisata di Jogja. Jelas karena ini bukan kunjungan pertama saya, lagipula saya lebih ingin menikmati Jogja dengan mengunjungi sahabat-sahabat saya yang kebetulan berdomisili di kota gudeg ini.
Pukul 09.00, saya dan Abha bertolak ke tempat wisata baru yang terbilang nge-hits di Jogja. Namanya Kalibiru. Berada di sebelah barat kota Jogja, Kalibiru beralamat di desa Hagrowilis kecamatan Kokap, Kulonprogo. Saya dan Abha menempuh perjalanan kurang lebih 1,5 jam, cukup melelahkan memang. Kami mengendarai sepeda motor dan mendaki jalanan yang cukup terjal dan berliku, jadi kurang lebih mirip dengan perjalanan menuju Oemah Kayu di Malang. Tapi kali ini saya jauh merasa lebih aman, karena Abha lah yang mengendarai motor, sehingga saya bisa duduk santai menikmati pemandangan.
Kami tiba kurang lebih pukul 10.30 dan langsung mendaki kembali memasuki tempat wisata setelah memarkir sepeda motor di tempat yang telah disediakan oleh pengelola. Terletak di ketinggan 450 mdpl, Kalibiru menawarkan pemandangan bukit Manoreh dan waduk Sermo. Luarbiasa! Cuacanya sejuk dan bersahabat, tapi sayangnya pengunjung Kalibiru luar biasa membludak. Walaupun tidak sampai berdesak-desakan, keindahan dan kesejukan pemandangan tempat wisata ini pun sedikit berkurang. Kami membayar tiket masuk dengan harga yang sangat murah. Saya lupaberapa, sekitar Rp. 3000 – Rp. 5.000. Tidak sampai membuat kantong cekak.
Kami pun berfoto-foto disana. Untuk berfoto, kami harus membayar Rp. 10.000 dan biaya mengcopy foto sebesar Rp. 20.000 untuk 4 foto. Okeeh, cukup lumayan. Kami menghabiskan waktu kurang lebih 2-3 jam dan langsung bertolak kembali ke kota Jogja. Perjalanan dengan sepeda motor cukup melelahkan, belum lagi bagi saya yang tidak tidur semalaman di kereta. Ngantuk luarbiasa! Jadi hati2 ya bagi yang mengendarai sepeda motor dari Jogja-Kalibiru.
Sampai di rumah tinggal Abha, saya menyempatkan tidur siang selama 3 jam. Sangat membantu membuat tubuh saya kembali segar. Saya terbangun karena satu sahabat saya, FANI ATMANTI datang ke tempat tinggal Abha. Fani adalah sahabat yang saya kenal dari program pertukaran pemuda di tahun 2012. Cerita tentang Fani pun sudah saya tulis di tulisan sebelumnya. Percakapan kami bertiga berlangsung seru dan tak ada putusnya, sampai kami memutuskan pindah lokasi karena kami akan bertemu dengan teman-teman kami lainnya. Jadilah kami berangkat dan memilih cafe roti bakar tidak jauh dari tempat tinggal Abha. Disana kami bertemu FADLAN dan EMA. Dan saya pun menghabiskan malam pertama saya di Jogja dengan berbincang akrab dengan sahabat-sahabat saya.
Esok paginya, hari kedua saya di Jogja setelah menginap di kos an EMA, saya dijemput lagi oleh Abha. Kali ini, saya, Abha, dan Fadlan menuju kos teman kami satu lagi, CIPTRO HANDRIANTO. Setelah makan siang, kami menuju Ambarukmo Plaza untuk menonton film. Setelahnya kami memuju ke tempat tinggal Abha dan menghabiskan waktu dengan obrolan panjang setelah sekian tahun lamanya kami tidak berjumpa. Pukul 18.00, setelah kami menghabiskan waktu dengan makan malam di Rumah Makan Nasi Kuning Ternate, Abha mengantarkan saya ke Bandara Adisucipto. Hari kedua saya di Jogja berlangsung dengan begitu singkat, terasa benar-benar sekejap mata, karena saya habiskan dengan asiknya bersama sahabat-sahabat di Jogja.
Dan terbanglah saya meninggalkan Jogjakarta pada pukul 20.00 menuju Jakarta. Walaupun liburan di Jogja ini terbilang sangat singkat, saya cukup menikmatinya. Itu semua disebabkan karena saya menghabiskan sebagian besar waktu untuk berkumpul dengan orang-orang yang seide dan sepikiran dengan saya. Sehingga komunikasi yang terjalin dan waktu yang dihabiskan, banyak membawa manfaat. Dua hari satu malam di Jogjakarta saya lalui dengan kenangan yang menyenangkan ^^.
Leave a Reply